13.3
Tingkat Daya Saing
Pada
dasarnya sebuah wilayah yang memiliki suatu produk akan berhasil bila suatu
produk yang dibuatnya/diciptakan memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain
sehingga harga yang akan dibuatnya akan semakin tinggi. Maka dari itu hari-hari
ini banyak produk yang dipasarkan sehingga muncul sebuah daya saing yang ketat
dan yang memenuhi syarat pengujian.
Daya saing
merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian
internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat
pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan
tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan eksternal.
Daya saing
juga dapat juga diartikan sebagai kapasitas bangsa untuk menghadapi tantangan
persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan pendapatan
riil-nya.
Ada beberapa
pengertian daya saing yang mencakup wilayah, sebagai berikut :
1. Daya saing tempat (lokalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi dan masyarakat lokal (setempat) untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi warga/penduduknya .
2. Daya saing daerah berkaitan dengan kemampuan menarik investasi asing (eksternal) dan menentukan peran produktifnya .
3. Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional .
1. Daya saing tempat (lokalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi dan masyarakat lokal (setempat) untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi warga/penduduknya .
2. Daya saing daerah berkaitan dengan kemampuan menarik investasi asing (eksternal) dan menentukan peran produktifnya .
3. Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional .
Ada beberapa
yang sangat berpengaruh terhadap daya saing, yaitu :
1. Iklim yang kondusif
Pada hal ini peningkatan daya saing bergantung kepada iklim. Contoh saja suatu produk teh, jika saja iklim tidak mendukung maka daya saing di pasar akan menurun karena tanaman teh belom dapat diproduksi. Ini dikarenakan iklim yang tidak mendukung bisa kemarau yang berkepanjangan atau ada sebab lain.
2. Keunggulan komparatif
Teori keunggulan komparatif merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Adapun keunggulan kompetitif lebih mengarah pada bagaimana suatu daerah itu menggunakan keunggulan-keunggalannya itu untuk bersaing atau berkompetisi dengan daerah lain.
1. Iklim yang kondusif
Pada hal ini peningkatan daya saing bergantung kepada iklim. Contoh saja suatu produk teh, jika saja iklim tidak mendukung maka daya saing di pasar akan menurun karena tanaman teh belom dapat diproduksi. Ini dikarenakan iklim yang tidak mendukung bisa kemarau yang berkepanjangan atau ada sebab lain.
2. Keunggulan komparatif
Teori keunggulan komparatif merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Adapun keunggulan kompetitif lebih mengarah pada bagaimana suatu daerah itu menggunakan keunggulan-keunggalannya itu untuk bersaing atau berkompetisi dengan daerah lain.
Sebagai
contoh, Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi kopi dan timah. Indonesia
mampu memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak
mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya, Malaysia mampu
dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi
tidak mampu memproduksi kopi secara efisien dan murah. Dengan demikian,
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia
memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi timah. Perdagangan akan saling
menguntungkan jika kedua negara bersedia bertukar kopi dan timah. Akan tetapi
dalam kerangka perdagangan kopi dunia, keunggulan kompetitif Indonesia akan
lebih besar dibanding Malaysia untuk bersaing di pasar internasional. Sebaliknya
dalam perdagangan Timah, Malaysia memiliki keunggulan kompetitif lebih baik
dibanding Indonesia.
3. Keunggulan kompetitif
Seperti contoh diatas, keunggulan kompetitif Indonesia akan lebih besar dibanding Malaysia untuk bersaing di pasar internasional. Sebaliknya dalam perdagangan Timah, Malaysia memiliki keunggulan kompetitif lebih baik dibanding Indonesia.
3. Keunggulan kompetitif
Seperti contoh diatas, keunggulan kompetitif Indonesia akan lebih besar dibanding Malaysia untuk bersaing di pasar internasional. Sebaliknya dalam perdagangan Timah, Malaysia memiliki keunggulan kompetitif lebih baik dibanding Indonesia.
Ada beberapa
indikator meningkatnya daya saing :
1. Pertama
yakni makroekonomi, di mana indikator daya saing dilihat dari beberapa aspek
seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian
keseimbangan neraca antara ekspor dan impor.
2. Kedua,
kualitas infrastruktur. Meskipun masih banyak yang harus dilakukan untuk
meningkatkan sektor infrastruktur, sektor ini diketahui telah mengalami
peningkatan dari semula dari peringkat 96 menjadi peringkat 90.
3. Ketiga,
kesehatan dan pendidikan dasar yang meningkat dari peringkat 82 menjadi
peringkat 62. Menurut laporan Program (Millenium Development Goals/MDG's), pada
2010 bidang kesehatan masih perlu ditingkatkan terutama dalam masalah gizi
buruk, kematian ibu sewaktu melahirkan, dan penyakit HIV AIDS.
Sedangkan
untuk bidang pendidikan menunjukkan kenaikan. Partisipasi masyarakat dalam
mengenyam pendidikan SD tercatat sebesar 94,7 persen, SMP sebesar 66,5 persen,
serta melek huruf sebesar 99,4 persen.
Dengan
adanya peningkatan peringkat daya saing Indonesia, ini menunjukkan peningkatan
kepercayaan dunia usaha terhadap upaya Pemerintah dalam memperbaiki
infrastruktur dan iklim usaha di Indonesia. Selain itu kenaikan peringkat ini
diharapkan akan mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia.
Adapula indikator utama pembentuk daya saing :
1. Lingkungan
usaha produktif
Sebagai contoh :
Sebagai contoh :
2. Perekonomian
daerah
3. Ketenagakerjaan
dan sumberdaya manusia
4. Infrastruktur,
sumberdaya alam dan lingkungan
5. Perbankan
dan lembaga keuangan
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat daya saing setiap variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel perekonomian daerah,
dengan sub variabel :
• Nilai Tambah
X1=PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
X2=Laju Pertumbuhan PDRB
X3=PDRB Per Kapita
• Tabungan
X4=Tabungan
X5=Laju Pertumbuhan Tabungan
• Kinerja Sektoral
X6=Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Industri
X7=Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Jasa
X8=Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Pertanian
2. Variabel infrastruktur dan sumber
daya alam (SDA), dengan sub variabel :
• Modal Alamiah
Y1=Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya Lahan
Y2=Sumber Daya Air
Y3=Sumber Daya Hutan
• Modal Fisik
Y4=Luas Wilayah Perkotaan
Y5=Panjang Jalan per Luas Wilayah Wilayah Perkotaan
Y6=Kualitas Jalan Raya
Y7=Produksi Listrik
Y8=Fasilitas Telepon per Kapita
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar